Hampir saja saya dan Yona kehujanan menuju Gunung Sahari – yaitu lokasi Oktagon berada dan dimana workshop ini diadakan. Kami tiba di lokasi sekitar jam 1 siang, dan ternyata dpt ruangan di lt 2 yg mirip auditorium yg cukup luas.

Tepat jam 2 siang, pengujung sdh ada sekitar 12-an orang, saya tdk sempat buat daftar tamu. Setelah persiapan, acara langsung dibuka oleh mBak Devy dan acara workshop dipandu oleh mas Rizal sbg moderator. Workshop dibagi dua sesi. Sesi pertama, saya menjelaskan latar belakang stereofoto dan teknik pemotretan foto 3D. Slide presentasi yg saya buat dlm waktu 4 hari ternyata pas dng waktu diberikan moderator.

Kemudian break sekitar pukul 15:10 dan pengujung mulai melihat-lihat hasil foto anaglyph dan foto 3D lainnya yg D.I.Y – alias buatan sendiri. Pengunjung asyik juga melihat buku-buku 3D terbitan luar maupun koleksi dari view-master yg saya bawa untuk alat demo. Berbincang-bincang dng pengujung ternyata hanya jumlah kecil orang yg sdh kenal dan paham dng foto stereo (3D). Sisanya masih ‘kabur’ tentang teknik foto ini. Seharunya pengujung sekitar 30-an orang, namun krn hujan lebat dibeberapa lokasi di jakarta, banyak yg terjebak macet. Jadi dng pengujung hanya belasan saja.

Pada sesi ke-dua, saya menyampaikan cara-cara melihat foto 3D yg sederhana dan murah, spt: memakai satu cermin, pararel view dan anaglyph. Untuk teknik anaglyph dibahas lebih detil langkah-demi-langkah cara membuat foto 3D anaglyph, baik dng software ‘editing’ foto yg umum spt: Photoshop dan GIMP maupun dng software khusus untuk membuat foto 3D, yaitu freeware SPM buatan Masuji SUTO. Dalam workshop ini kita juga mempraktekkan work-flow dari pemotretan 3D hingga jadi foto 3D anaglyph. Untuk kamera kita memakai Lensa 3D Loreo dan Canon 5D . Yg serunya,…. hanya dng plastik biru dan merah yg dibeli di toko buku, cukup gamblang untuk mendemokan cara kerja 3D anaglyph.


Akhir dari acara workshop, ternyata datang beberapa orang yg terlambat dan sempat menanyakan cara menenerapkan foto 3D ini bila dipakai untuk foto wedding ataupun arsitektur. Wah…koq saya lupa juga membuat feedback form untuk mengetahui lebih rinci apa yg dipikirkan atau diharapkan dari pengujung ttg manfaat foto 3D. Saya hanya bisa menduga-duga, bahwa sebagian besar pengunjung, ‘mengenal’ stereofoto lebih dekat melalui workshop ini.
Akhir kata, saya tidak lupa mengucapkan terima kasih sebanyaknya untuk Mas Andrew, Mbak Devy dan tentunya moderator Mas Rizal yg memberi kesempatan untuk mem’populer’kan kembali foto 3D dan memperluas bahasan fotografi dng teknik stereofoto.
salam

Wah, ini bagus. Artinya bakalan makin banyak orang kenal stereofoto. Mestinya sempet ‘promosi’ blog dan milis dong, Mas Iful? Tapi ngomong2 dari semua yang dateng, brp persen yang ‘berhasil’ mendapatkan efek 3-D dari buku atau foto2 itu? Soalnya gampang2 susah kan? Apalagi yang buku Mark Blum itu, kayaknya ada banyak orang yang gak ‘dapet’ efek 3-Dnya.
Mas Iful,
terima kasih banget atas workshopnya. Kami berharap kegiatan ini juga bsa ‘membuka wawasan’ para fotografer dan bisa menambah kreatifitas. Laporannya lengkap dan asik banget. semoga tambah maju utk komunitas sterefoto… (andrew – neumatt)