Dari sudut seni maka semua format foto baik hitam putih, berwarna, 3D ataupun tidak, semuanya adalah setara. Tergantung format mana yang tepat dalam menyampaikan suatu pesan. Terkadang foto hitam putih dapat terasa lebih dramatis dari pada foto berwarna. Begitu juga dengan foto 3D (stereoskopis) tidak semua kejadian/adegan cocok bila dipotret dengan kamera 3D.
Diagram ini menunjukkan perbandingan teknis antara foto hitam putih, berwarna, baik yang 3D ataupun foto 2D pada umumnya.
- Foto hitam putih hanya memerlukan satu komponen yaitu tingkat keabu-abuan dari gelap (hitam) dan terang (putih) saja,
- Foto berwarna memerlukan tiga komponen cahaya yaitu tiga komponen warna primer. (warna primer untuk cahaya dan cetakan berbeda, lihat lebih lanjut tentang warna primer di wiki ).
- Sedangkan pada foto 3D/stereoskopis memerlukan dua informasi gambar yang berbeda sudut pandang seperti halnya pada mata manusia. Foto 3D dapat saja hitam putih atapun berwarna, yang penting adalah adanya dua informasi yang akan dilihat secara terpisah pada masing-masing mata kita, mata kiri dan mata kanan.
Diagram selanjutnya adalah perbandingan kebutuhan minimum pada kemampuan mata manusia untuk melihat ragam foto (foto hitam-putih, foto berwarna, baik yang 3D ataupun tidak).
- Foto hitam putih dapat dinikmati siapa saja termasuk yang buta warna karena retina batang (rod) pada mata cukup untuk melihat informasi dari foto hitam putih dengan satu mata pun cukup.
- Foto berwarna, setidaknya dapat dinikmat dengan tepat jika tidak buta warna dimana mata memilik retina kerucut (cone) yang sehat agar dapat melihat cakupan warna yang utuh. Lebih lanjut tentang rentina dapat dibaca di wikipedia.
- Foto 3D (foto stereo) kedua mata mesti mampu saling berkoordinasi untuk menilai informasi kedalaman dari dua foto yang berbeda sudut pandang.
Memang foto berwarna 2D adalah jenis foto yang mainstream atau umum dijumpai dan secara teknis sangat mudah untuk dipahami dan dinikmati dari pada foto hitam-putih dan foto 3D.
Tinggalkan Balasan